Jangan Berputus Asa pada Rezeki Allah

Janganlah berputus asa pada rezeki Allah, pesan Imam Ahmad bin Hambal. Pesan imam mi bukan tanpa bukti. Diceritakan tentang kisah Rasulullah Saw mengenai seekor ulat yang hidup di dasar laut atas rezeki Allah Swt. Ketika itu, Rasulullah sedang mengadakan acara walimatul ursy dengan seorang wanita sebagai istrinya. Saat para sahabat yang diundang menyaksikan makanan yang dijamukan Rasulullah, mereka membincangkan dan mana Rasulullah akan menghidupi istri-istrinya. Maklum, jamuan walimahnya saja begitu sederhana
Allah Swt. berfirman:
Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan. (QS. Fushilat (41): 49).

Usai shalat berjamaah, Rasulullah lalu bercerita tentang masalah rezeki kepada para sahabatnya yang diundang itu. ini kisah yang disampaikan oleh MalaikatJibril, boleh aku bercerita? tanya Nabi. Para sahabat pun langsung mengiyakan dengan penuh antusias. Lalu, berceritalah Nabi Saw. tentang Nabi Sulaiman yang sedang shalat di tepi pantai. Sulaiman melihat seekor semut berjalan di atas air sambil membawa daun hijau seraya memanggil katak. Setelah itu, muncullah katak dan menggendong semut menuju dasar laut.

Apa yang terjadi di dasar laut? Semut menceritakan bahwa di dasar laut itu berdiam seekor ulat yang soal rezekinya dipasrahkan kepada semut itu. Sehari dua kali aku diantar malaikat ke dasar laut untuk memberi makanan kepada ulat, kata semut.
Siapa malaikat itu? tanya Nabi Sulaiman As.
Ya yang menjelma menjadi katak itu, jawabnya. Setiap usai menerima kiriman daun hijau dan memakannya, si ulat mengucapkan syukur kepada Allah. Maha Besar Allah yang menakdirkan aku hidup di dalam laut, kata ulat.

Di akhir ceritanya, Rasulullah Saw. lalu berkata, Jika ulat yang tinggal di dasar laut saja Allah masih tetap memberinya makan, apakah Allah tega menelantarkan umat Muhammad soal rezeki dan rahmat-Nya? tandas Rasulullah.

Kisah senada dapat pula kita simak. Syekh Imam az-Zahidi pada suatu hari ingin sekali membuktikan bahwa rezeki setiap makhluk itu memang betul-betul telah ditanggung Allah Swt. Ia segera pergi ke hutan, lantas naik ke sebuah bukit dan memasuki gua. Kemudian dia duduk manis di dalamnya seraya memperbanyak tasbih sebagaimana kebiasaannya sehari-hari. Dia pun ingin sekali melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana Allah memberi rezeki kepadanya. Ketika itu, dia juga berniat tidak akan memakan apa pun kecuali jika makanan itu masuk sendiri ke dalam mulutnya tanpa dengan suatu usaha.

Setelah keberadaannya dalam gua itu dirasakan cukup lama, dan perutnya mulai merasakan lapar, tiba-tiba saja dia melihat sebuah kafilah yang tersesat, hujan pun turun dengan lebatnya, sehingga memaksa rombongan itu mencari tempat berteduh. Anehnya, yang ditemukan mereka justru gua yang dimasuki az-Zahidi tersebut. Setelah mereka memasuki gua seluruhnya, sejenak kemudian mereka terkejut melihat az Zahidi. Maka, segeralah mereka memanggilnya, Hai penghuni gua! Namun, az-Zahidi hanya diam, berpura-pura tidak mendengar dan malah berlagak seperti orang kedinginan. Mungkin saja orang ini kedinginan hingga tidak mampu untuk berbicara, ucap seorang di antara kafilah itu.

Mereka segera mengumpulkan sampah-sampah gua untuk dibakar di dekat az-Zahidi dengan maksud agar badannya menjadi hangat. Setelah itu, mereka mengajak berbicara lagi, namun sepatah kata pun tidak keluar dan mulutnya. Maka, seseorang di antara mereka mengatakan, Mungkin saja dia telah lama kelaparan.
Sejenak kemudian, yang lain mengambil makanan yang ditaruhkan pada sebuah piring dan langsung disodorkan tepat di muka az-Zahidi. Lagi-lagi dia tidak bereaksi. Maka, seseorang berkata lagi, Kita buatkan saja susu panas dan bekal kita dan kita bubuhi gula agar terasa lebih nikmat dan mudah ditelan.
Beberapa saat kemudian segelas susu telah tersaji di gelas yang begitu mengundang selera. Ternyata, azZahidi tetap saja diam tidak bergerak. Malah seorang lagi mengatakan, Wahai kawan, aku lihat mulutnya begitu rapat terkatup, mungkin saja dia kesulitan membukanya karena terlalu lama kedinginan, untuk itu tolong kalian mengambil pahat, kita congkel saja mulutnya agar bisa kita masuki makanan.
Maka segera saja dua orang maju di samping az-Zahidi dengan membawa sebuah pahat untuk mencongkel mulutnya dan segera menjejali makanan ke dalamnya. Tepat saat ujung pahat tersebut telah menyentuh bibir az-Zahidi, gelak tawanya tidak tentahank n lagi. Mereka pun terkejut seraya mengatakan, Gila kau!
Tidak, aku tidak gila, aku hanya ingin membuktikan bagaimana Allah betul-betul memberikan rezeki pada setiap hamba-Nya. Kesemuanya, kini telah terbukti bahwa Allah sungguh telah membagi rezeki hamba-hamba-Nya di mana pun berada, oh… hatiku kini betul-betul begitu mantap, begitu az-Zahidi mengatakan pada mereka.
Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya, Allah melaksanakan artisan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. ath-Thalaaq [65]: 2-3).

Pernah pula, pada suatu hari dua orang yang sama-sama buta duduk menghadang Ummu Jafar yang terkenal sebagai seorang ibu dermawan. Keduanya bermaksud agar mendapatkan sedekah darinya. Orang buta satunya sudah berkeluarga dan mempunyai banyak anak, maka dia lantas berdoa, Ya Allah, berilah aku kemurahan rezeki-Mu yang begitu luas itu.
Yang satunya lagi belum kawin, dan ketika itu dia berdoa, Ya Allah, murahkanlah hati Ummu Jafan agar mau bersedekah kepadaku.
Di saat itu, ternyata Ummu Jafar telah berada di depan meneka hingga mendengar sendiri doa masing-masing orang buta itu. Begitu tersanjung hati Ummu Jafar ketika mendengar doa orang buta lajang ini, sehingga langsung saja dia memberi dua bungkus roti beserta ayam panggang sebagai lauknya yang di dalamnya disisipi uang tiga ratus dinar, namun dia tidak memberi tahu mengenai barang atau jumlah uang yang diberikannya. Sementara itu, si buta yang berdoa dengan mengandalkan kemurahan Allah hanya diberi uang dua dirham, itu saja.

Syahdan, Si buta yang menerima ayam panggang dan dua bungkus roti, ketika itu masih merasa kenyang hingga mengatakan pada seorang kawannya tadi, Hai kawan, aku masih kenyang, untuk itu akan lebih baik jika kau beli saja makanan pemberian Ummu Jafar ini, bagaimana? desak si lajang.
Berapa harganya? tanya yang berkeluarga. Cukup dengan dua dirham pemberian Ummu Jafar tadi, jawab Si lajang.

Peristiwa ini berjalan biasa-biasa saja. Namun, setelah satu bulan berlalu si lajang pun meminta Sedekah lagi pada Ummu Jafar. Kali ini, kecurigaan Ummu Jafar sudah tidak bisa ditutupi lagi, maka segera saja ia bertanya, Tidakkah cukup uang tiga ratus dinar untuk membiayai hidupmu yang masih lajang itu dalam jangka dua bulan?

Mendengar jawaban ini, si lajang terbengong-bengong seraya mengatakan, Ibu kan dulu hanya memberikan dua bungkus roti dan seekor ayam pang gang, dan itu pun telah kujual pada kawanku yang telah berkeluarga tersebut.
Sekarang, ganti Ummu Jafar yang kebingungan. Sesaat kemudian, ibu itu mengatakan, Memang benar ucapan kawanmu yang telah berkeluarga itu, dia telah memohon kepada Allah agar dimurahkan rezekinya, ternyata Allah telah memperkenankan doanya hingga Dia memberinya rezeki tanpa diduga sebelumnya. Sedangkan, kau sendiri meminta kepadaku untuk bermurah hati, namun Allah tidak menghendaki dirimu berkecukupan sehingga terjadilah apa yang seharusnya terjadi, begitu nasihat Ummu Jafar.

Dan kisah-kisah di atas, kita bisa mengambil pelajaran berharga agar kita mengerti bahwa kaya dan miskin itu sudah ditetapkan Allah. Dia telah menentukan nasib seluruh manusia dengan bagian rezekinya masing-masing. Karena itu, tepatlah bila Syekh al-Izz bin Abdis Salam al-Mishri pernah berkata: Allah Swt. telah menciptakan manusia dalam berbagai derajat dan lapisan, dengan maksud agar orang yang kaya bisa menyuruh pihak orang miskin. Hal demikian merupakan bentuk keadilan Allah. Jika tidak ada kebijaksanaan seperti itu, siapa yang akan mengerjakan sawah, ladang, bekerja di pabrik-pabrik, atau yang mau menjadi suruhan dengan upah sepantasnya. Keharmonisan seperti ini tiada lain agar kemaslahatan umat tercipta, di samping untuk menguji agar dapat diketahui mereka yang ulet dalam menghadapi kehidupan ini dan mereka yang sabar dan ridha dalam menghadapi qadha dan qadar-Nya.
Apa yang dikatakan oleh Syekh al-Izz bin Abdis Salam al-Mishri tersebut tentu akan mengingatkan kita tentang hikmahnya mengapa Allah Swt. menjadikan golongan tertentu kaya dan golongan yang lain miskin. Di antara rujukan yang bisa kita dapat adalah uraian HerbertJ. Gans dalam The Uses of Poverty, yang menyebutkan fungsi seseorang dijadikan miskin yang dikaitkan pula dengan adanya orang-orang kaya.

Di antara fungsi atau jasa-jasa orang miskin sebagaimana yang disebutkan oleh Herbert J. Gans adalah: (1) kemiskinan (orang-orang miskin) bermanfaat untuk menyubsidi berbagai kegiatan ekonomi yang menguntungkan satu sama yang lain; (2) kemiskinan adalah menyediakan tenaga kerja, artinya mana mungkin orang mau bekerja bila tidak sangat membutuhkan; (3) kemiskinan dapat menambah atau memperpanjang nilai guna barang atau jasa. Tidakkah Anda pernah menyaksikan di televisi, bagaimana senangnya orang-orang yang terkena gempa dan menjadi miskin menerima bantuan pakaian-pakaian bekas?; (4) kemiskinan adalah memperteguh status sosial orang-orang kaya; dan (5) kemiskinan dapat menyediakan lapangan kerja.